Alasan Kenapa Kita Harus Melestarikan Bahasa Daerah

"Enak ya kamu, Rud, bisa ngomong beberapa bahasa berbeda!" 


Begitu ujar seorang teman, bule asal Belgia dalam bahasa Inggris. Wajahnya jelas menunjukkan antusiasme dan kekaguman pada saya dan seorang teman wanita yang akan ia persunting sebagai istri. Percakapan itu berlangsung di teras rumah mungil di pinggiran kota Semarang belasan tahun silam sebelum kami bergeser ke sebuah hotel atau apartemen di pusat kota. Saya dan teman berbicara pakai tiga bahasa sekaligus: Inggris (yang juga dipahami si bule), Indonesia, dan tentu saja bahasa Jawa bahasa ibu kami.

Bahasa terakhirlah yang membuatnya takjub. Di Belgia, menurut pengakuannya, mereka tak punya bahasa ibu seperti kita di Indonesia. Selain Jawa, ada bahasa Minang, Sunda, Papua, Madura, Bugis, dan entah berapa lagi bahasa daerah yang digunakan di Tanah Air. Sebuah sumber menyebutkan setidaknya ada 300 bahasa pribumi yang digunakan dalam percakapan di seluruh Nusantara. Bukanlah itu fakta luar biasa?
Alih-alih bahasa Belgia, warga negara itu berbicara dalam tiga bahasa yakni Belanda, Perancis, dan Jerman. Fakta ini membuatnya takjub terhadap orang Indonesia yang setidaknya menguasai dua bahasa, yakni bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Belum lagi kalau ia menguasai bahasa asing, seperti Inggris, Jepang, Arab, Mandarin, Spanyol, dan bahasa lainnya. Tentunya kemampuan berbahasa orang Indonesia layak diacungi jempol.

1 | Bahasa daerah sangat unik

Percakapan siang itu menegaskan betapa kita mesti melestarikan bahasa daerah yang sudah hidup ratusan atau mungkin ribuan tahun lalu. Bahasa daerah di tiap suku terbukti begitu kaya dan memiliki kompleksitas linguistik yang berbeda dibanding bahasa-bahasa asing, bahkan dibandingkan bahasa Indonesia. Jadi adakah alasan kita malu menggunakan bahasa ibu yakni bahasa daerah padahal orang asing begitu mengaguminya? 

Bahasa daerah perlu dilestarikan karena keunikan kosakata, ragam infleksi atau imbuhan, tata bahasa, serta bunyinya yang boleh dibilang istimewa. Sebagian besar, atau bahkan seluruh bahasa daerah di Indonesia, mempunyai langgam ang menjadi corak khas saat dilantunkan. Belum lagi kalau kita bicara tentang aksen atau logat pada bahasa yang sama yang semakin membuat bahasa lokal kaya.

buku bahasa Jawa

2 | Merawat bahasa berarti merawat budaya

Bukan hanya karena elemen linguistik yang membuat bahasa pribumi istimewa, tetapi juga lantaran muatan budaya yang dikandung oleh bahasa itu. Bukan rahasia lagi bahwa bahasa mencerminkan cara berpikir suatu suku atau kaum tertentu. Bahasa bukan cuma menjadi alat komunikasi tetapi juga memuat sejarah masa lalu karena kata-kata dalam bahasa itu sering dipakai dalam ritual atau tradisi setempat.

Dengan menguasai bahasa tertentu, kita akan mampu menyampaikan maksud yang tidak akan dipahami seandainya kita tidak menguasai bahasa tersebut. Upaya perdamaian atau kerja sama positif antara dua pihak bisa terwujud jika keduanya memahami bahasa yang sama. Sebaliknya, konflik bisa terjadi jika kedua pihak mengotot pada prinsip masing-masing akibat ketidakpahaman bahasa yang sama. 

3 | Bahasa daerah menyimpan pengetahuan dan kebijaksanaan

Selain dari segi budaya, bahasa daerah juga potensial dalam melestarikan ilmu atau pengetahuan yang akan hilang ditelan zaman seandainya tak ada yang memahami bahasa tersebut. Kebijaksanaan dalam bentuk pepatah atau petitih dalam bahasa Jawa misalnya tak akan lagi dikenal oleh generasi mendatang jika bahasa yang digunakan sebagai alat menulis tidak dikuasai atau dipahami.

Bausastra alias kamus Jawa, juga primbon, dan karya sastra dalam bentuk serat akan musnah di antara kepungan kecanggihan teknologi kalau tidak dilakukan upaya serius dalam menguasai dan memahami bahasa sebagai media pesan. Pesan-pesan adiluhung dalam bentuk peribahasa—sebagaimana pernah saya gelar dalam lomba Sadar Hati (bahaSA DAeRah HArus diminaTI)—rasa-rasanya akan pupus digerus pergantian era tanpa penguasaan mumpuni akan bahasa itu.

Karya sastra terpanjang di dunia

Beberapa buku karangan Ronggowarsito, seperti Serat Jayengbaya, Serat Cemporet, dan Serat Kalatida memuat pelajaran dan bahkan prediksi atas kondisi kekinian meskipun ditulis pada masa kekunoan. Karya sastra itu masih dikaji hingga kini sebab isinya relevan dengan suasana manusia modern saat ini. 

La Galigo, karya sastra terpanjang di Indonesia dan bahkan dunia (Gambar: wikipedia.org)

Atau lihat misalnya La Galigo atau Sureq Galigo yang ditahbiskan sebagai karya sastra terpanjang di dunia, mengungguli epik dari India yakni Mahabharata dan Ramayana. Kitab yang digubah oleh Retna Kencana Colliq Pujié Arung Pancana Toa Matinroé ri Tucaé ini menggambarkan peradaban Bugis di Sulawesi Selatan dan ditulis dalam aksara Lontara yakni aksara asli Bugis. Lewat karya besar yang memukau dunia ini, kita bukan hanya mengenal seorang penggerak literasi masa lalu tetapi juga menyadari betapa kebijaksanaan saat itu pun masih sangat berharga hingga kini. 

Dari sinilah pentingnya melestarikan bahasa daerah atau bahasa pribumi atau dalam bahasa Inggris disebut indigenous languages. Caranya bisa dengan lebih banyak menggunakannya dalam percakapan bersama teman, baik secara lisan maupun di media sosial. Saya bahkan pernah menulis blog post dalam bahasa Jawa sebagai langkah aktif melestarikan bahasa ini. Percakapan di WhatsApp atau media teknologi lain sudah saatnya melibatkan bahasa daerah sebagai upaya pelestarian yang kreatif.

Kalau setuju, coba sebutkan dari mana asal sobat bloger dan apakah Anda masih sering berbicara dalam bahasa itu?

115 comments:

  1. Setuju banget aku kan dengan kalimat 'merawat bahasa itu seperti merawat budaya" dan aku bangga jadi bangsa Indonesia yang memiliki banyak ragam kebudayaan, suku, bahasa dan adat istiadat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo Kak Ria bisa bahasa daerah enggak? Hehe... Bahasa kita memang kaya dan wajar kalau harus dilestarikan.

      Delete
  2. sebagai masyarakat indonesia yang tumbuh di daerahnya, pasti ada chemistry tersendiri terhadap bahasa daerah masing-masing. Apalagi yang merantau seperti saya (meski hanya lintas provinsi) tapi saat bertemu dengan orang Sunda (daerah asal) rasanya ada haru. Otomatis, keinginan untuk melestarikan bahasa daerah juga saya rasakan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah USA nih Urang Sunda Asli, bahasa Sunda juga termasuk unik--punya cengkok dan kosakata yang khas. Yuk sering pakai ya Teh!

      Delete
  3. Bahasa Sunda, meski sekarang terbagi lagi ada Sunda Priangan, Sunda Banten dan Sunda Cirebonan (Subang)

    Jadi ingat pengalaman waktu mau kerja ke luar negeri, kan wajib belajar bahasa Inggris dan Mandarin tuh, eh yg bisa bukannya dua bahasa asing itu, malah lebih bisa bahasa Jawa. Gara-gara mayoritas temannya saat itu orang Jawa Semua. Hahaha...

    Saya ngerti bahasa Jawa, tapi kalau mau mengucapkan dialek tidak medok, jadi suka ditertawakan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tapi akhirnya bisa kan Mandarin, Teh? Aku kebalikannya, Sunda mah rada ngerti tapi bingung mau nimpali. Sama aja, bakal diketawain juga karena medok Jawa. Istri yang keturunan Sunda pun ga bisa bahasa Sunda karena lahir dan besar di Jakarta. Sekarang dah bisa bahasa Jawa sih gara-gara pindah ke Lamongan hehe.

      Delete
  4. Iya mas di Indonesia ada bnyk bngt bahasa daerah yg bisa jadi 1 wilayah saja ada beberapa semisal di Papua

    ReplyDelete
    Replies
    1. Negeri kita kaya dengan bahasa daerah, bisa jadi daya tarik wisata juga loh. Mas Joko asli mana? Jawa kan?

      Delete
  5. Aku loh kelamaan merantau jadi ada kata kata daerah ku yg terlupakan...ketika balik kampung dengar keluarga dan teman bicara rasanya senyum2 sendiri dan aku bisa ketawa..kemudian mencoba lagi bicara bahasa daerahku... Tapi giliran balik diperantauan ya udah balik lagi bahasa Indonesia, sebab disekelilingku jarang ada orang Kalimantan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama, Kak. Aku pengin banget belajar bahasa Sunda, tapi ga bisa juga walaupun tinggal belasan tahun di Bogor. Karena tinggalnya sama orang Jawa juga hihi, dan di kantor pakai bahasa Indonesia.

      Delete
  6. setuju, bahasa daerah sangat banyak jumlahnya, jika tiap pemuda daerah sepemikiran maka bahasa daerah akan makin lestari. selain kita sebagai putra daerah siapa lagi yang harus melakukannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo lestarikan, Mas. Cukup dengan sering berbahasa daerah masing-masing.

      Delete
  7. Aku kalo datang ke daerah baru, malah emang sambil belajar dan dipraktikkan bahasa daerahnya. Asyik aja buat saya bisa tahu bahasa lain tuh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget, Kak. Belajar bahasa baru menyenangkan karena dapat teman juga pengetahuan atau budaya setempat.

      Delete
  8. saya dirumah tetap diajarkan semua bahasa yang ada dirumah. Berhubung saya mix dari beberapa suku. Namun memang ibu berusaha mengenalkan pada semua budaya.
    Menurut beliau, bahasa adalah identitas dimana kamu mudah diterima dikelompokmu kelak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bagus itu, Mas. Biar bahasa pribumi ga sampai hilang. Bahasa adalah identitas, bener banget itu, jangan sampai melupakan asal usul dan budaya karena penguasaan bahasa juga berarti memelihara identitas kita. Bravo bahasa daerah!

      Delete
  9. Setuju banget, Mas. Saya lahir di Aceh, besar di Riau, tapi ortu asli orang Jatim. Alhamdulillah masih lancar berbahasa Jawa.

    Beberapa teman saya di Sumatera ini, sudah tidak bisa lagi berbahasa Jawa. Jangankan bahasa Jawa halus, bahasa Jawa yang kasar saja sudah tidak fasih. Padahal ayah ibunya suku Jawa tulen. Soalnya dari kecil ngobrolnya sudah pakai Bahasa Indonesia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Enak ya Kak pindah-pindah gitu, banyak pengalaman terutama bersentuhan dengan banyak bahasa pribumi. Iya itulah problemnya, kelamaan di rantau dan tak diajarkan bahasa ibu jadilah pada lupa. sayang sekali. Harusnya tetap bisa ya bahasa daerah selain bahasa Indonesia.

      Delete
  10. Aku senangdengan bahasa sunda dulu sering mendengar dongeng sunda di radio akhirnya nilai raport untuk bahasa sunda selalu besar....sayangnya suami ga bisa bahasa sunda padahal orang sunda jadi sehari-hari pke bahasa Indonesia... :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. ku belasan tahun di Bogor, tetep ga bisa bahasa Sunda, Mbak Ida. Lho suami Mbak kok ga bisa Sundaan, apa lama di rantau?

      Delete
  11. Bersyukurlah kita yang hidup di Indonesia dengan keanekaragaman bahasa yang dimiliki. Sebagai penerus bangsa sudah seharusnyalah kita berbangga diri akan hal itu. Orang asing saja merasa kagum dengan keanekaragaman bahasa yg di miliki Indonesia, maka kita pun harus lebih kagum dan tentunya harus dapat menjaga dan melestarikan bahasa kita

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul itu, kalau orang asing saja mengagumi kekayaan bahasa lokal kita, mestinya kita lebih menyayangi dan melestarikannya dengan cara menggunakan bahasa itu dalam percakapan sehari-hari.

      Delete
  12. Setuju banget Kak. Tetap melestarikan bahasa daerah termasuk dalam melestarikan budaya. AKu juga bangga nih jadi multilingual karena bisa bahasa Indonesia, Inggris, Minang, bahasa Palembang sama Bengkulu juga bisa hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, bangga banget tuh bisa berbahasa Minang, Palembang, dan Bengkulu sekaligus. Ditambah lagi bahasa Inggris dan bahasa Indonesia--lanjutkan!

      Delete
  13. Berhubung aku orang surabaya, maka bahasa daerahku ya bahasa suroboyoan ya mas..
    Tapi knp g diajarkan disekolah sekolah ya.
    Yg diajarkan bukan bahasa daerah surabaya, tapi bahas jawa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin kurikulumnya belum siap, Mbak. Atau bukunya belum ada, atau memang ragam bahasa Jawa Suroboyoan sudah dikuasai lewat percakapan langsung sehar-hari jadi tak perlu dibawa ke kelas. Aku yang rada sebal tuh kalau ketemu orang Jawa tapi selalu pilih bahasa Indonesia meskipun konteksnya bukan formal, entahlah alasannya apa. Padahal kan asyik ngomong Jowoan aja terkesan akrab sambil merawat bahasa ibu.

      Delete
  14. Dan satu bahasa daerah pun bisa diucapkan dalam logat2 yg berbeda, tergantung daerahnya. Betapa kayanya Indonesia ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itulah salah satu bentuk kekayaan bahasa kita, Mas Daniel. Satu bahasa lokal saja bisa punya ragam berbeda, seperti bahasa Jawa yang unik antara Jawa Timur, Tengah, dan Yogyakarta. Belum lagi logat Banyumasan--wow banget bahasa di Nusantara ini!

      Delete
  15. Sekarang saya lagi mengajarkan bahasa Sunda sama anak-anak, kadang lucu mendengar mereka ngobrol pakai logat dan bahasa Sunda

    ReplyDelete
    Replies
    1. Unik banget kan Kak? Jangan sampai anak-anak ga bisa berbicara dalam bahasa ibu kita. Sebagai sarana pengenalan budaya dan mengingatkan pada identitas.

      Delete
  16. aku juga lagi belajar bahasa melayu yang digunakan di tempat tinggalku dan bahasa sunda untuk kampungku. Ribet jgua bahasa sunda tapi harus belajar nih hehee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah belajar dua bahasa sekaligus, pasti seru dan menantang nih. Bahasa Sunda memang unik, ya mungkin rada ribet tapi worth-it nanti kalau dah bisa ngomongnya. Aku aja mupeng hehe

      Delete
  17. Waah kalau begitu saya bangga dong karena lancar bahasa Sunda dan Indonesia lalu faham bahasa Jawa, Batak, Minang dan Inggris haha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya harus bangga banget, Mbak. Bisa paham bahasa daerah segambreng gitu, haha. Maklumlah ya hobi jalan-jalan mah kudu gape bahasa lokal yang beragam banget. Aku pikir Mbak Lina asli orang Batam, asli Sunda nya?

      Delete
  18. Kadang suka jealous lihat teman pandai bahasa daerah, soalnya dari kecil memang gak belajar bahasa daerah jadi ga tau apa-apa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aslinya orang mana, Kak? Maksunya suku yang dominan, tentunya punya bahasa daerah sejak kecil.

      Delete
  19. setujuuuu, bahasa daerah itu sangat unik dan banyak manfaat :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul banget, jangan sampai diremehkan apalagi dilupakan penggunaannya ya Kak.

      Delete
  20. Urang banjar kalsel hadir, hihi. Bahasa daerah kami ini kalo didengar sama telinga orang lain kaya roaming dan aneh gitu Mas, padahal mereka dengar bahasa daerah lain biasa aja. Hehee.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, urang Banjar nih, mantab. Semua bahasa daerah sangat menarik, tapi memang ada yang bunyi atau logatnya unik sampai bikin orang terkesima walau rada aneh hehe.

      Delete
  21. saya juga kadang masih pakai bahasa daerah (Bugis) kalau ngomong ama Nenek atau lagi ngomong ama Tante pas mau bicarain sesuatu gitu.
    bahasa daerah emang harus dilestarikan, kalau gak kepakai bakalan terlupakan dan jangan sampai deh nanti diklaim oleh bangsa lain.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah bahasa Bugis asyik juga tuh, jangan sampai dilupakan atau tak digunakan. Biar anak-anak masih bisa mewarisi sampai nanti. Bahaya banget kalau sampai diklaim bangsa lain. Semoga kita semua sadar dan peduli dengan memakainya dalam percakapan sehari-hari.

      Delete
  22. Seharusnya memang berbangga ya kalau menguasai bahasa daerah dan bahasa ibu kalau di kancah dunia, soalnya hanya negara dan daerah tertentu aja itu berlaku :D terus juga tiap bahasa karakteristiknya beda gitu sih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sekali itu, Kak. Bahasa daerah itu unik dan punya corak yang kaya, jadi harus dilestarikan. Yuk jangan malu berbahasa lokal atau pribumi!

      Delete
  23. Saya dari Barus, tapanuli tengah. Sering dong gunaik bahasa daerah, apalagi saat merepet di rumah. Hahaha..

    Btw, itulah salah satu kebanggaan bangsa ini, kaya suku, bahasa ras dan budaya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Kak. Bermcam suku dan ratusan bahasa membuat Indonesia istimewa. Jangan sampai lupa apalagi malu berbahasa daerah sendiri sementara orang asing malah menyanjungnya.

      Delete
  24. Saya kelahiran asli Pati Jawa Tengah yang hidup di Jakarta. Dan alhamdulillah, saya selalu melestarikan bahasa daerah, karena kebetulan juga teman dan tetangga juga dari Jateng juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bagus itu, Mas. Bahasa Indonesia harus dipakai tapi bahasa ibu jangan terlupakan. Itu cara merawat budaya lewat cara yang mudah.

      Delete
  25. Aku termasuk orang yang ingin terus melestarikan Bahasa Daerah. Krn bahasa daerah di negara kita ini banyak banget, dan sekarang mulai punah di beberapa daerah krn penuturnya sudah berkurang dan merasa malu menggunakan bahasa daerah. Padahal menurutku klo bisa bahasa daerah itu keren bgt, kita gak melupakan akar budaya kita asalnya dr mana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul itu, Mel. Jangan sampai bahasa ibu kita punah hanya karena penggunanya berkurang atau pemiliknya malas menggunakan dalam percakapan sehari-hari. Bahasa Indonesia harus, tapi bahasa daerah jangan dilupakan. Memang keren banget karena unik tiap daerah kan?

      Delete
  26. dulu lagi kecil aku dibiasakan pakai bhs indonesia, krn takut ARTnya gak ngerti bhs jawa, tp sekaarng sih ngerti nhs jawa tapi gak bisa ngomongnya, jd ibuku kalau ke aku ngomong jawa aku nimpalinya pakai bhs indonesia. anak2ku gak tak ajarin bhs cirebon hbs kasar denger ngomongnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Loh kenapa Mbak tak diajari bahasa Cirebonan? Saya dengar unik juga kok. Apakah kasar karena kesan dari cengkok saja, atau pilihan kata? Enggak ada tingkatan kesopanan kayak bahasa Jawa ya?

      Delete
  27. Iya bener.

    Aku setuju Banget,
    Bahasa Daerah kudu tetap dilestarikan,
    Itu bagian dari aset Budaya loh ya 🤗

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bangga berbahasa daerah, kuasai juga bahasa asing serta pelihara bahasa Indonesia ya Kak. Setuju?

      Delete
  28. Bangga menjadi warga negara Indonesia harus bangga juga dengan bahasa daerahnya. Aku orang nya paling suka mempelajari hal hal baru salah satunya bahasa daerah, apalagi ketika sedang berkunjung ke suatu daerah di Indonesia

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mas harus bangga karena ga semua negara punya bahasa lokal yang banyak dan unik kayak Indonesia. Banyak ilmu dan warisan budaya. Yuk berbahasa pribumi!

      Delete
    2. Siapp mas, aku banyak belajar dari temen2 yang beda daerah tentang bahasa daerah mereka

      Delete
  29. Berbahagialah kita lahir di Indonesia yang memiliki aneka ragam Bahasa Ibu ya.. Orang bule aja kagum sama kita.. Kalo di rumah saya masih menggunakan bahasa Palembang dan bahasa daerah juga (Komering dan Sekayu)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mantab, Mbak. Bagus tuh masih pakai bahasa Palembang dan bahkan bahasa Komering dan Sekayu. Jadi mupeng.

      Delete
  30. karena saya pernah ngajar jadi ya belajar lagi mas
    apalagi tentang tembang, wayang, dan aksara jawa, hehe
    yang unik bahasa jawa itu aksennya yang beragam
    liat murid-muridku yang beraksen Jawa Timuran susah banget buat nangkep pelajaran yg aksen Jogja/Solo
    di situlah kadang sedih tapi bangga juga karena bahasa Jawa saja beragamnya banyak sekali

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah kan sangat kaya betul Mas Ikrom, apalagi kalau menyangkut tembang dan kisah pewayangan. Luar biasa! Variasi dan logat Jawa memang menantang, itu belum termasuk Jawa Cilacap dan Indamayu yang beda lagi hehe....

      Delete
  31. Setuju, asalku dari Jawa dan kadang suka pakai bahasa itu. Cuman kalau pelajaran bahasa daerah, suka minta tolong ibukku untuk ngajarin anak-anak, hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau sudah menyangkut pelajaran sekolah emang banyak yang nyerah ya Kak. Masalahnya memang agak beda bahasa yang digunakan dengan bahasa keseharian. Tapi tetep kudu ada sih, dipertahankan pelajaran di sekolah biar bahasa ini tetap lestari. Dan jangan lupa dipakai pas memungkinkan.

      Delete
  32. Bahasa daerah itu masuk kekayaan bangsa gitu gak sih? Harusnya iya dan dicatatkan gitu ya. Secara di Indonesia saja ada berapa banyak bahasa daerah. Saya yang orang Jawa aja punya tingkatan bahasa Jawa sendiri

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, termasuk banget, Kak. Kekayaan berupa bahasa ga bisa dipandang sebelah mata loh, karena keunikan dan ciri khasnya tak dimiliki bangsa lain. Masing-masing istimewa makanya harus dipelihara. Iya, Mbak, tingkatan kesopanan dalam bahasa Jawa memang unik sih, kudu hati-hati saat bicara dengan yang lebih tua. Bravo bahasa daerah!

      Delete
  33. Aku orang Jawa yang migran ke Sukabumi, he he "migran", supaya keren nih.
    Alhasil saya bisa 3 bahasa : Jawa, Sunda dan Indonesia
    Walau lebih lancar Sunda sih Karena bahasa Jawa jarang dipakai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asyiknya Ambu bisa ngomong Sunda. Saya belasan tahun di Bogor tapi ga bisa Sundaan karena sering bergaul sama orang Jawa, plus berbahasa Indonesia di kantor. Migran boleh asal bukan migrain ya Ambu, haha....

      Delete
  34. Kalo bahasa Jawa ngoko setiap hari jadi bahasa lisan dengan orang terdekat. Tapi anak-anakku pakai bahasa Indonesia, yang bungsu malah sesekali ngomong boso sama saya, hihiii

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah kalau masih ada yang bisa berbahasa Jawa halus, Mbak Wati. Jangan sampai bahasa daerah musnah karena penuturnya tidak peduli atau meremehkannya.

      Delete
  35. Ya ampun, sapala basa Jawa. Berasa nostalgia banget deh kak. Btw, saya bangga jadi orang Jawa & menggunakan bahasanya. Walaupun sedang ngobrol dg orang luar daerah, saya sering mengakhiri percakapan dengan kata, "matur nuwun". 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah harus gini, bangga dengan terus menggunakannya dalam percakapan selagi memungkinkan. Jangan malu dibilang medok saat berbicara karena itu ciri khas yang tidak dimiliki orang lain. Semoga bahasa daerah bisa terus lestari lewat penutur aslinya.

      Delete
  36. Aku komen bahasa Minangkabau ya Mas.

    "Onde, iyo rancak ulasan uda ko. Awak katuju bana. Ala kewajiban kito basamo manjago bahaso, karano bagian dri sajarah. Kalau kami urang Minang, nan suko marantau sajak dalunyo, tetap mempertahan bahaso minang. Apo lai, batamu jo urang kampuang. Sanang dalam hati, sajuak dalam kiro-kiro.

    Tarui lah uda, membagi ilmu nan rancak mode iko, bulieh bisa kami terapkan di kampuang halaman, Bukittinggi, Sumateta Barat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, terima kasih langsung dibagikan kalimat-kalimat asli dari Sumbar! Selalu takjub dengan kekayaan dan bunyi bahasa pribumi setiap daerah. Walau tak paham, rasanya selalu terperangah, apalagi Padang yang favorit banget menunya hehe. Jadi teringat sama pepatah bijak dari Minang yang pernah saya helat di lomba beberapa tahun lalu.

      Delete
  37. Bener banget nih, kadang kalo melucu pake bahasa daerah berasa lebih nendang aja gitu lucunya hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itu bener, Kak. Itu bukti bahwa bahasa daerah lebih kaya dibanding bahasa lain karena kosakata suka aneh dan rumit buat menggambarkan suatu keadaan atau kondisi hehe. Sayang banget kan kalau ga dilestarikan.

      Delete
  38. Waktu TINGGAL di Jogja aku selalu minta teman-teman ngomong bahasa Jawa tapi mereka kesel karena aku ngerti tapi aku ngomong bahasa jawabnya campur Surabaya, hwhehhe. Susah tapi enak kalau udah bisa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Unik banget kan tiap bahasa daerah, Kak? Asyik jadi ngikutin masing-masing bahasa pribumi dari seluruh dunia.

      Delete
  39. Aku pernh dpr pelajaran bhs sunda waktu smp mngkn krn dulu sekolahnya msh masuk jawa barat. Alhasil skrng kalau belanja di psar pakai bahsa sunda jd lebih murah heheheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah asyik banget masih bisa berbahasa Sunda. Saya dikit-dikit aja bisa Sunda pas tinggal di Bogor, tapi sayang ga terlalu mahir. padahal unik juga Sunda ini.

      Delete
  40. Sudah sepatutnya bangga yah mas jadi orang Indonesia kaya akan segala hal, terlebih kaya akan bahasa daerah. Tapi masih aja ada yang malu berbahasa daerah saat sudah menginjak ibu kota, padahal tak perlu malu karena kita seharusnya bangga ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sekali, kalau bukan kita yang merawat, lalu siapa lagi? Bahasa adalah salah satu kekayaan tak ternilai, wajib kita jaga dengan menggunakannya. Bangga dan terus melestarikannya.

      Delete
  41. Aku bangga dengan bahasa yang aku punyaa. Menghargai banget budaya Jawa, bangga dengan menjadiorang Jawa dan berbahasa Jawa tapi dibesarkan di tanah Sunda. Tetep sedari kecil berbahasa jawa jadi paham dan mau ga mau belajar bahasa sunda, jadi paham juga. Ahh Lopeee dengan dua bahasaku ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asyik banget Teh bisa bahasa Jawa dan Sunda sekaligus. Aku mupeng sunda tapi dikit banget bisanya. Mau belajar dari istri yang bokpanya Sunda eh dia malah aktif bahasa Betawi hehe.

      Delete
  42. Keren yaa Indonesia bahasa aja sampe 300 bahasa, dan lebih keren lagi memang klo menguasai salah satu bahasa asing. Aku suka terkagum2 sama org yang bisa beberapa bahasa, jadi pengen bisa juga hahaha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Keren banget memang Indonesia ini. Makanya sayang kalau bahasa lokal sebanyak itu enggak dilestarikan oleh penuturnya. Yuk bangga berbahasa daerah, Kak!

      Delete
  43. Aku sebagai orang jawa, dari kecil sudah diajarkan bahasa jawa, karena orang tua suka interaksi menggunakan bahasa jawa di rumah. Dan mendengarkan alunan lagu jawa bagiku turut melestarikan budaya juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah masih sering dipakai ya, apalagi pakai dengerin gending Jawa giut makin dekat sama bahasa leluhur.

      Delete
  44. saya sepakat denganmu, kami di rumah juga menggunakan dua bahasa daerah karena saya dan suami berasal dari daerah yang berbeda.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah gitu kan asyik, Mbak. Anak-anak bisa belajar dua bahasa daerah sekaligus.

      Delete
  45. Setuju banget mas! Aku kalo di Bekasi ngomong pake Bahasa "Sunda dan Betawi" tapi pas sekarang tinggal di Jogja harus belajar dikit-dikit Bahasa Jawa biar bisa komunikasi hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Sunda di Bekasi konon agak beda ya Pul, tapi tetap menarik sih tiap bahasa daerah. Sekarang kudu getol tambah kosakata bahasa Jawa Pul biar cepat dapat gebetan dari Jogja haha....

      Delete
  46. Salut buat yang lancar berbahasa daerah. Kalau saya cuma sebatas ngerti bahasa Sunda. Tetapi, kalau disuruh ngomong masih suka gagap

    ReplyDelete
    Replies
    1. Chi keturunan Minang juga kan? Bisa bahasa Padangkah? Aku pun belasan tahun tinggal di Bogor tapi ga bisa bahasa Sunda, Chi, hehe.

      Delete
  47. Seneng klo bisa menguasai banyak bahasa daerah. Kalau saya cuma bisa bahasa Jawa, bahasa Indonesia

    ReplyDelete
    Replies
    1. Beneran seneng, Mbak Eni. Sayangnya aku cuma bisa bahasa Jawa aja padahal belasan tahun tinggal di Bogor, bahasa Sunda cuma pasif hehe.

      Delete
  48. Aku juga senang dan bangga berbahasa bekasi. Bahasa bekasi itu beda sama Betawi. Meski suka dibilang norak atau ngelawak, ya emang begini bahasanya ��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itulah keunikan tiap bahasa daerah Nusantara, punya kekhasan masing-masing, bahkan satu pulau atau Provinsi pun bisa punya ragam dan corak yang berbeda. Harus bangga dong, kayak logat Tegal yang medhok itu kan bisa jadi aset bangsa.

      Delete
  49. Setuju, Kang sama semua alasan pelestarian bahasa daerah. Setiap bahasa daerah kita itu lebih banyak suku katanya dari pada Bahasa Indonesia sebetulnya. Dan bahasa daerah mengandung sejarah dan kebijaksanaan lokal. Apa-apa yang pernah terjadi di daerah tersebut terekam lewat bahasanya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itulah, Neng. Bahkan bahasa Indonesia tak jarang meminjam atau menyerap dari bahasa daerah seperti Jawa atau Sunda. Bahasa daerah bisa menjadi media pelestarian budaya tentu saja karena banyak kesenian yang dituturkan lewat bahasa tertentu.

      Delete
  50. Aku lahir di keturunan keluarga asli Jakarta /Betawi (makanya kadang suka bingung kalau ditanya soal mudik hahahah) tapi disekitar banyak Jawa Tegal, sedikit2 tau kalimatnya meski lebih sering ga ngertinya :D dan suka kelimpungan kalau lagi ngebolang ketemu masyarakat lokal yg ngomong bahasa 'ibu'

    Aku pernah baca sebuah artikel makna penting sebuah bahasa yang bisa dibilang itu jembatan kebudayaan, sehingga jika ingin mempelajari suatu budaya, akan lebih baik jika di mulai dengan mengenal bahasanya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Malah asyik Ti kalau ketemu masyarakat lokal pakai bahasa pribumi, bisa sekalian belajar. Siapa tahu terus dikasih makan gratis hehe. Betul banget, lewat bahasa kita bisa belajar apa saja, ya budaya asing, pemikiran bangsa lain, termasuk ilmu yang bisa hilang begitu saja kalau ga dipelajari lewat bahasa ibu tertentu.

      Delete
  51. yaa ampuuun lama banget aku gk denger primbon :((
    setelah merantau ke Banjar... bahasa jawa ku terkikis... karena jarang di pake buat berkomunikasi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo dipakai lagi, Kak, berbahasa Jawa asyik banget kan? Tapi kalau bisa bahasa Banjar juga bagus sih.

      Delete
  52. Terima kasih banyak mas untuk tulisannya yang inspiratif ini, saya merasa "kena" banget dengan tulisan ini, semoga kedepannya saya bisa belajar banyak tentang bahasa daerah saya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah berkunjung, semoga makin semangat belajar bahasa daerah di mana saja.

      Delete
  53. Sejujurnya nih Mas, aku nyesel banget. Waktu kecil lama di Aceh dan Medan, tapi kemampuanku berbahasa daerah sana minus banget. Di sekolah (SD dan SMP di Medan) juga nggak dapat pelajaran bahasa Batak. Waktu di Aceh sih dapat pelajaran bahasa Aceh. Tapi setelah sekian puluh tahun, jarang dipake pula, tergeruslah itu kemampuan. Tinggal demen makan kuliner Aceh aja yang masih terjaga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama kaya aku, Teh. Nyesel banget ga serius berbahasa Sunda. Akhirnya pas pindah ke Lamongan ya enggak lancar bahasa Sunda. Kalau Teh Eno bisa kan Sunda? Aku juga suka masakan Aceh walau belum pernah ke sana, hehe. Soal makanan emang ga ngaruh, selalu suka :)

      Delete
  54. Almarhum ayah saya dulu langganan Panjebar Semangat dan Jayabaya. Dua majalah bahasa Jawa zaman dulu, yang PS kayaknya masih ada sampai sekarang. Jadinya saya paham berbahasa Jawa, sampai di raport pun nilainya 9-10 hahaha. Tapiii kok lama-lama saya lupa berbahasa Jawa kromo inggil ....Ah payah aku ini, sepertinya harus belajar lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak bahasa kromo lama-lama ditinggalkan, setidaknya yang saya pantau dari kebiasaan anak-anak muda sekarang. Sungguh disayangkan jika itu hilang padahal kekayaan bahasa yang luar bahasa.

      Delete
  55. Meskipun sama-sama disebut bahasa Jawa, namun ada banyak kosa kata yang berbeda di tiap wilayah.
    Misalnya saja kata "Cicer" di daerah lain banyak yg gak ngerti, bahkan di wilayah Lamongan sendiri ada yg gak tau artinya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, kosakata bahasa Jawa sangat kaya, beda wilayah satu provinsi aja bisa beda makna atau pilihan kata. Kayak cicir yang di tempat lain disebut lugur, ciblok, roto, dan sebagainya.

      Delete
  56. Orang Barat memang layak cemburu pada kita orang Indonesia. Setidaknya orang Indonesia itu bisa berbicara dalam dua bahasa, bahasa daerah alias bahasa ibu dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Belum lagi kalau sukses menyerap pelajaran bahasa Inggris yang diwajibkan di sekolah. Sudah tiga bahasa tuh.

    Oleh sebab itu, orang Indonesia itu material bagus untuk jadi poliglot. Dulu semasa masih magang di Candi Prambanan, aku lihat sendiri banyak guide yang bisa setidaknya dua bahasa asing. Meski ada juga yang cuma fasih bahasa Inggris. Bahkan di Prambanan itu ada seorang otodidak yang lancar empat bahasa asing: Prancis, Italia, Spanyol, Inggris. Ditambah Jawa dan Indonesia, total dia bisa ngomong enam bahasa.

    Aku sendiri selain Inggris pernah belajar bahasa Jerman, Arab (semasa di SMA jurusan bahasa), lalu Prancis (sempat bisa cas cis cus sama bule, bahhkan guiding bawa bule Prancis satu bus), juga Jepang dan Spanyol karena penasaran banget. Tapi, yang tetap tinggal sampai sekarang cuma Inggris. Itu pun hanya pasif.

    Yang lain-lainnya sudah lupa semua sebab amat sangat jarang sekali dipraktikkan. Terutama dalam 15 tahun terakhir. Ada penyesalan sih, merasa eman-eman karena pernah bisa. Yapi ya sudahlah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo digali lagi, Mas Eko, biar bisa menunjang pekerjaan atau kesibukan yang kita tekuni.

      Delete
  57. melestarikan bahasa lokal adalah ciri cinta ada daearahnya

    ReplyDelete