Showing posts with label melestarikan bahasa daerah. Show all posts
Showing posts with label melestarikan bahasa daerah. Show all posts

"Enak ya kamu, Rud, bisa ngomong beberapa bahasa berbeda!" 


Begitu ujar seorang teman, bule asal Belgia dalam bahasa Inggris. Wajahnya jelas menunjukkan antusiasme dan kekaguman pada saya dan seorang teman wanita yang akan ia persunting sebagai istri. Percakapan itu berlangsung di teras rumah mungil di pinggiran kota Semarang belasan tahun silam sebelum kami bergeser ke sebuah hotel atau apartemen di pusat kota. Saya dan teman berbicara pakai tiga bahasa sekaligus: Inggris (yang juga dipahami si bule), Indonesia, dan tentu saja bahasa Jawa bahasa ibu kami.

Bahasa terakhirlah yang membuatnya takjub. Di Belgia, menurut pengakuannya, mereka tak punya bahasa ibu seperti kita di Indonesia. Selain Jawa, ada bahasa Minang, Sunda, Papua, Madura, Bugis, dan entah berapa lagi bahasa daerah yang digunakan di Tanah Air. Sebuah sumber menyebutkan setidaknya ada 300 bahasa pribumi yang digunakan dalam percakapan di seluruh Nusantara. Bukanlah itu fakta luar biasa?
Alih-alih bahasa Belgia, warga negara itu berbicara dalam tiga bahasa yakni Belanda, Perancis, dan Jerman. Fakta ini membuatnya takjub terhadap orang Indonesia yang setidaknya menguasai dua bahasa, yakni bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Belum lagi kalau ia menguasai bahasa asing, seperti Inggris, Jepang, Arab, Mandarin, Spanyol, dan bahasa lainnya. Tentunya kemampuan berbahasa orang Indonesia layak diacungi jempol.